Berjalan Bersama


Some of my favorite memories are of people I have photographed.
Caroline Mueller - In Memory Of Those We Shot
Sembilan belas manusia, lima hari empat malam. Bahkan beberapa dari kita baru berkenalan di atas jeep menuju Ranu Pane, pintu gerbang dimana kita akan memulai petualangan di pertengahan Juli itu.


Alam mendidik kita, pun menampakkan siapa kita sebenarnya. Pada akhirnya saya mafhum tentang siapa yang berjalan paling cepat. Siapa yang memasak paling enak. Siapa yang paling senang membantu dan memberikan semangat. Siapa yang tetap tersenyum ceria selama berjalan. Siapa yang pendiam atau banyak mengeluh. Siapa yang paling lucu dan menghibur. Siapa yang paling banyak makan. Siapa yang paling banyak memahami ilmu pendakian.

Alam menunjukkan kepada kita tentang sebenar-benarnya persahabatan. Tidak lupa menunjukkan betapa seharusnya kita bersyukur tentang apa yang sudah kita miliki di dunia. Tidur berjejalan di dalam tenda yang dingin dengan matras yang tipis mengingatkan kita betapa hangat dan empuknya kasur di rumah. Masakan berbumbu seadanya yang dimasak dengan kompor gas kecil superlama mengingatkan kita akan enaknya makanan bikinan ibu setiap harinya. Jalanan menanjak yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sembari menggendong tas besar berbobot puluhan kilo mengingatkan kita akan mudahnya mencapai satu tempat di kota dengan berbagai pilihan kendaraan. Ada saat-saat di mana hanya ada keputusan hitam atau putih, hidup atau mati, dan tekad kita untuk terus berjuang akan terus tertempa hingga batas maksimal. Yang jika diingat lagi hanya akan menimbulkan gumaman, 'mustahil aku pernah sampai sana.'

Tapi menjalaninya bersama belasan sahabat baru itu mengingatkan kita bahwa perpisahan akan selalu digantikan dengan sebuah kedatangan. Mungkin sahabat-sahabat lamamu beranjak pergi, tapi bersamaan dengan itu pulalah mereka yang baru kamu kenal akan mengisi hidupmu dengan hal-hal baru yang mungkin belum kamu tahu. Menghadapi kesulitan tersebut dengan mereka pun akan selalu mengingatkan kita akan manisnya kebersamaan di tengah dinginnya udara pagi, atau di antara sepoi angin yang menggoyangkan pucuk-pucuk pinus, dan saat itulah rasa syukur secara terus-menerus akan kamu ucapkan.

Tadi malam kita akhirnya bertemu lagi, minus lima manusia yang merindu dari rumah mereka masing-masing. Bertukar foto dan menertawakan video dokumentasi yang diputar ulang. Entah mengapa, kita seperti sahabat yang lama tak jumpa. Hanya satu harap, kita akan punya petualangan lain yang tidak kalah serunya. Bersembilan belas juga :)

***
Jangan ditertawakan tapi, ehem, buat saya romantisme perjalanan adalah hasil persilangan keindahan destinasi dan manusia-manusia yang berjalan bersama saya :)