Akelamo Kao

*jauhnya jarak ketiga desa kami...-.-*

Hasil pengocokan untuk pembagian desa KKN sudah dilakukan tadi malam. Berdasarkan kocokan itu pula, saya ditempatkan di Akelamo Kao, satu dari tiga desa yang akan menjadi persinggahan kami selama satu setengah bulan besok. Total kami bertujuh dengan komposisi 3 wanita dan 4 pria, dimana itu adalah komposisi yang pas mengingat Danang kormanit pernah bercerita bahwa suasana desa terkadang masih terasa kurang aman sejak kerusuhan tahun 1999 lalu.

Kami akan KKN di Jailolo Timur, Halmahera Barat, Maluku Utara. Dari Ternate masih harus menyeberang dengan speedboat, dan sangat kebetulan, desa saya terletak paling ujung diantara 2 desa lain, yaitu Tetewang dan Bobane Igo. Kata Kak Andrea, kormanit KKN Jailolo tahun sebelumnya, yang bisa di Akelamo Kao adalah orang-orang tahan banting mengingat 'keterbelakangan' yang terjadi. Bisa dibilang Bobane Igo adalah desa paling berkembang dan kegiatan ekonominya berjalan baik, Desa Tetewang terletak di pinggir jalan besar, dan Desa Akelamo Kao sendiri merupakan desa yang terletak di pinggir pantai, tepatnya Teluk Kao.Desa ini pernah terlibat konflik kepentingan tapi saya lupa, secara administratif Akelamo Kao masuk Halut tapi penduduknya memilih Halbar, atau sebaliknya ya? Hehehe... Intinya bisa saja satu penduduk mendukung Halmahera Barat, tapi tetangganya mendukung Halmahera Utara. Hal ini terjadi karena kesenjangan diantara kedua wilayah tersebut, karena keberadaan tambang emas yang dikelola oleh Nusa Halmahera Minerals. Apalagi ditambah isu pencemaran merkuri di Teluk Kao oleh tambang emas tersebut yang menurunkan pendapatan penduduk yang bekerja sebagai nelayan. Ikan dan hasil laut lain menurun drastis. Dan saya sebenarnya agak was-was kalau merkuri memang benar-benar mencemari daerah sana, secara saya dan teman-teman kan makan juga dari hasil laut itu.. --'

Selanjutnya kami harus banyak berdoa agar mendapatkan tiket pesawat yang murah dan kami bisa berangkat ke Timur. Jailolo, kami datang!