Gunungkidul Pada Suatu Hari


Gunungkidul Pada Suatu Hari



jurnal0.blogspot.com Terima kasih untuk mengunjungi blog saya, hari ini saya akan berbagi informasi tentang Gunungkidul Pada Suatu Hari. Setiap orang membutuhkan banyak informasi ada info terkecuali tentang Gunungkidul Pada Suatu Hari adalah, untuk lebih jelasnya silahkan lihat artikel dari blog ini dilengkapi dengan pasal video, sehingga Anda akan mudah untuk hanya mendengarkan seluruh isi artikel ini dengan video padaGunungkidul Pada Suatu Hari Selamat membaca.





Pagi masih muda. Ine memacu cepat kendaraannya, berkejaran dengan jarum menit yang belumlah genap melewati pukul enam. Hawa pagi ini tak membuat kami menggigil, mengingat semalam harus terbangun berkali-kali karena gerah bukan main. Akhir musim kemarau di Jogja kali ini cukup menyiksa: udara kering berdebu dan suhu yang cukup membuat kepala cenat-cenut.

Berangkat dari Kota Bantul, sepeda motor Ine arahkan menuju timur melewati jalan lintas kabupaten yang mulus dan berkelok-kelok. Kami menuju Gunungkidul untuk kepentingan kunjungan ke sekolah yang menjadi mitra yayasan. Saya selalu suka perjalanan ke Gunungkidul apalagi pada pagi hari. Pemandangannya luar biasa. Barisan pohon jati yang meranggas dan berwarna kemerahan adalah favorit saya.

Enaknya ke Gunungkidul lewat 'jalan belakang' adalah jalanan yang cenderung lebih lancar dan sama bagusnya dengan lewat jalan utama yang biasa dilewati truk-truk dan warga Jogja. Meski tanjakannya membuat motor matic Ine ngos-ngosan, akhirnya kami tiba juga di Playen, sebuah kecamatan di tengah Gunungkidul. Kalau kata orang kecamatan di Jogja itu besarnya seperti kabupaten, saya setuju seratus persen. Luas banget!


Selesai dengan urusan di sekolah, tiba-tiba saya teringat kalau wilayah ini terasa familiar. Jalanannya seperti pernah saya lewati sebelumnya. Ternyata benar, beberapa tahun lalu saya pernah mampir ke Air Terjun Sri Gethuk di sekitar sini. Sepertinya seru kalau bisa mampir sebentar sekaligus melihat seperti apa perkembangannya sekarang. Akhirnya saya rayu Ine yang belum pernah main kesana. Challenge accepted!

Sebagian besar kepuasan saya saat jalan-jalan di kampung halaman sendiri justru didapatkan ketika mengunjungi Gunungkidul. Kabupaten yang dulu dipandang sebelah mata karena ketertinggalannya kini mulai pandai bersolek dan mengundang orang untuk datang. Satu persatu destinasi diperkenalkan, mulai dari pantai, air terjun, gua, hingga wisata minat khusus yang menantang.

Petunjuk menuju Air Terjun Sri Gethuk cukup jelas. Kami tinggal mengikuti dan dalam 20 menit sudah tiba di pintu gerbang. Sepanjang perjalanan mata saya dimanjakan oleh barisan bibit pohon eucalyptus dan tanah yang tetap terlihat subur meski kemarau panjang. Oh iya, jika kemarau tiba warga Gunungkidul sering kekurangan air karena struktur tanah dan batuan karst yang tidak mungkin menyimpan air di dekat permukaan. Tapi wilayah sekitar Sri Gethuk ini unik karena pepohonan menghijau sejauh mata memandang. Para petani pun bisa menanam padi, suatu hal yang jarang bisa dilakukan di Gunungkidul.

Awalnya saya dan Ine hanya ingin mengunjungi Goa Rancang Kencana karena terpesona dengan foto yang beredar di sosial media. "Goa ini biasanya untuk meditasi," ujar Iqbal, salah satu teman baik traveling saya. Saya tidak pasang ekspektasi tinggi karena goa ini sudah cukup populer. Yah siapa tahu bentuknya seperti Goa Jatijajar, pikir saya waktu itu.

Biaya masuk sebesar 14.000 rupiah untuk 2 orang membuat saya eman hanya datang ke Goa Rancang Kencana. Berbekal rayuan (lagi-lagi) ke Ine, akhirnya kami nantinya melanjutkan perjalanan ke Sri Gethuk.

Goa Rancang Kencana
Goa bernama unik ini punya bentuk yang unik pula, berbentuk kubah dengan puncak yang sudah runtuh. Di tengahnya tumbuh sebuah pohon berusia ratusan tahun yang menembus hingga beberapa meter ke permukaan tanah. Cerita yang berkembang di masyarakat mengatakan bahwa pohon itu dulunya adalah sebuah tongkat besar yang ditancapkan ke bumi. Hanya ada dua ruangan di dalam goa ini. Stalaktit dan stalakmitnya sudah mati karena tidak ada aliran air. Begitu tahu goa ini biasa dipakai meditasi saya jadi agak bergidik, untungnya ada mas guide yang menemani, hehehe.

Pohonnya besar banget bikin melongo :O
Bagian dalam goa, masih ada satu ruangan lagi di dalam

Pohon ini masih tumbuh bermeter-meter ke atas, menaungi goa dari terik matahari

Air Terjun Sri Gethuk
Dulu mungkin hanya sedikit warga Jogja yang tahu keberadaan air terjun ini karena letaknya agak mblasuk ke dalam. Perlu jalan kaki melewati kebun penduduk dan tepi sungai Oyo untuk mencapai air terjun Sri Gethuk. Tapi sekarang aksesnya sudah sangat mudah dan aktivitasnya beragam. ada wahana flying fox, rafting dan tubing, hingga canyoning! Kalau ingin mencapai air terjunnya pun ada dua cara, naik perahu atau jalan kaki lewat tepian sungai. Nah karena sudah sangat populer, saya sarankan untuk datang di hari biasa agar tidak kemruyuk di sana. Jika datang di musim kemarau saat airnya jernih, kita bisa renang-renang cantik di sungainya. Mau cliff jumping juga bisa. Saya senang karena pengelolaannya cukup baik, mulai dari harga tiket masuk yang jelas, fasilitas yang lengkap, lokasi wisata yang bersih, dan pengelola tidak berlebihan mengeksploitasi spot wisata, jadi daya tarik utama tetap dibiarkan alami. Awas ya kalau ada yang datang dan buang sampah sembarangan. Tempat wisata ini adalah sumber air andalan masyarakat sekitar. 












Mohon maaf saya tidak pandai beri petunjuk arah. Sudah banyak sekali kok ulasannya di internet :) Selamat berkunjung ke Gunungkidul!

Saya suka spot ini, cantik!