Bumi Halmahera (2) : Our Daily Scenery

Our daily scenery, behind the Akelamokao Village. 

Teluk Kao adalah harapan bagi Halmahera Barat. Memanjang dari Jailolo Timur hingga dekat Malifut, perairannya tenang menghanyutkan. Dari tempat saya berdiri di pinggir Desa Akelamo, saya bisa memandang punggungan di seberang, di Buli Halmahera Timur atau gereja besar bercat putih di Desa Pasir Putih. Topografi pantai nya beragam, mulai dari pantai berbatu-batu kecil, berbatu super besar, berpasir halus, sampai yang berpasir putih juga ada!

Tiap bulan purnama, Teluk Kao akan dipenuhi bagang nelayan yang mencari penghidupan. Berselang-seling, mereka mencari ikan teri dan cumi-cumi (biasa disebut suntung). Dahulu, kedua jenis hewan laut ini menjadi pengharapan utama warga desa. Berton-ton ikan teri dikirim ke Surabaya dan Makassar. Dengan menjual hasil tangkapan tersebut mereka bisa membangun rumah bagus dan hidup cukup layak. Tetapi seiring berkurangnya jumlah teri dan suntung di Laut Kao, berkurang pula sumber penghidupan yang membuat dapur mereka tetap mengepul. Ada isu bahwa Teluk Kao telah tercemar limbah merkuri dari tambang emas di sekitar Malifut, tapi sampai sekarang belum ada bukti nyata.
Berbagai jenis keindahan alam terbentang di tepi Teluk Kao. Mulai dari sumber air panas nonbelerang di Akesahu, mata air tawar yang letaknya hanya 10 meter dari bibir pantai, hingga pantai pasir putih tersembunyi dengan airnya yang jernih.

Halmahera dan Teluk Kao nya mengingatkan kita betapa luas dan indahnya Indonesia kita.