Mengaji



Beberapa hari belakangan, tiap saya mengintip ke kamar ibu untuk memastikan beliau sudah tertidur atau belum, saya selalu mendapati beliau tertidur mendekap DVD player portable kesayangannya. DVD player tersebut memang selalu digunakan ibu untuk memutar CD Al-Quran digital koleksinya.

Ibu sedang belajar mengaji. Akhir-akhir ini rajin sekali.

Ibu adalah anak perempuan yang terlahir dari rahim seorang Katolik taat. Ibu mengikuti kepercayaan kedua orangtuanya hingga menginjak bangku SMA. Kemudian eyang uti bercerai dan menikah lagi dengan seorang muslim, ibu pun ikut berpindah agama. Tapi itu tidak membuat ibu mempelajari Islam secara mendalam.

Ibu pun baru saja memakai jilbab sejak awal tahun ini. Setelah berpuluh-puluh kali pembicaraan alot antara saya dengan beliau yang meyakinkan Ibu bahwa berjilbab itu sama sekali tidak merugikan. Padahal saya juga masih asal-asalan dalam berjilbab. Ibu, mungkin seperti wanita-wanita yang belum berjilbab lainnya, menganggap bahwa dengan berjilbab artinya harus menjaga segala perkataan dan perilaku dan harus mampu menjadi contoh bagi sekitar, dan beliau menganggap dirinya tidak siap.

Hingga akhirnya suatu saat saya berceletuk,
Bu, kasihan ya anak-anak yang sekolah di Muhammadiyah itu, yang diharuskan belajar agama dan selalu pakai jilbab, tapi orangtuanya masih bersenang-senang dengan baju ketat dan ga pake jilbab. Seakan-akan menyerahkan gitu aja urusan agama, yg harusnya urusan pribadi orangtua anak, menjadi urusan pihak ketiga.
Nampaknya ibu tersentil dengan celetukan ngawur saya tersebut. Kebetulan memang saya dan saudara-saudara saya adalah jebolan sekolah Muhammadiyah. Saya sendiri tidak bermaksud menyakiti hati Ibu. Beliau berbaju sangat sopan, hanya saja memang belum menggunakan penutup kepala. Ibu terdiam tidak menjawab. Saya pun menganggap pembicaraan ini berakhir seperti biasa, tanpa solusi.

Beberapa hari kemudian, Ibu keluar dari kamar dengan mengenakan jilbab. Beliau meminjam beberapa jilbab saya dan mempadupadankan dengan baju-baju muslimnya.

"Bagus Kin, ibu pake jilbab yang ini?"
"Bagus Bu, bagus banget. Jilbab yang itu buat Ibu aja, nanti aku belikan yang lain lagi."

Saya menangis sendirian di kamar begitu tahu Ibu memutuskan untuk berjilbab. Ada perasaan lega pun terharu yang tiada terkira. Betapa Tuhan Maha Membolak-balikkan hati hamba-Nya.

Mungkin saat ini Ibu belum dapat menjadi sosok yang dapat mengajarkan saya dalam hal penegakan tiang-tiang agama dengan sempurna. Tetapi lebih dari itu, Ibu adalah refleksi manusia yang tidak kenal kata menyerah dalam belajar.

Malam ini, Ibu kembali tertidur mendekap DVD player portable-nya, setelah beberapa jam sebelumnya suara Ibu mengaji terpatah-patah berpadu mesra dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dari benda kesayangannya itu…